April 7, 2011

Maksiat memadamkan cahaya iman

Setiap hari manusia tidak jemu-jemu melakukan maksiat sama ada lelaki mahu pun wanita. Aurat terus dibiarkan terdedah dengan memakai seluar pendek atau memakai tudung kepala yang tidak sempurna. Solat lima waktu yang memang diketahui wajibnya pun seringkali ditinggalkan. Umpat-mengumpat, fitnah-memfitnah, tipu-menipu dan seumpamanya masih berleluasa. Selain itu, program berbentuk maksiat pula menjadi agenda utama golongan yang ingin memadamkan iman daripada ditegakkan, sehinggakan pencinta maksiat wujud di mana-mana. Hiburan dengan budaya asing umpamanya telah mem’biasa’kan percampuran tanpa batas dan merendahkan akhlak umat islam. Laman internet juga, kita dipaparkan dengan gambar-gambar porno apabila kita ’browsing’ internet. Akibatnya pemahaman dan pemikiran umat bercelaru. Mereka tidak dapat membezakan antara perkara baik (ma’ruf) dengan maksiat, antara yang halal dengan haram dan antara dosa dengan pahala. Ianya seolah-olah mustahil untuk dihapuskan atau dihindari seumpama sukarnya mengelak daripada menonton gambar-gambar porno yang dipaparkan setiap kali kita ’browsing’ internet.
Persoalannya, mengapakah umat kita menjadi demikian? Quran dan hadis memberikan garis panduan supaya kita umat islam tidak dihinggapi masalah di atas. Melalui Surah al-Mutoffifin ayat 14, 
 

كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.”

Ayat di atas telah diterangakan oleh Rasulullah melalui hadisnya seperti mana dilaporkan oleh Abu Hurairah ra


عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) »

Daripada Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad telah bersabda (maksudnya): “Seorang hamba apabila melakukan suatu maksiat, maka dititikkan dalam hatinya satu titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat dan meneruskannya), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan "ar raan" yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’.”

Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah dosa di atas tumpukan dosa sehingga bisa membuat hati itu gelap dan lama kelamaan pun mati.” Demikian pula yang dikatakan oleh Mujahid, Qotadah, Ibnu Zaid dan selainnya.

Mujahid rahimahullah mengatakan, “Hati itu seperti telapak tangan. Awalnya ia dalam keadaan terbuka dan jika berbuat dosa, maka telapak tangan tersebut akan tergenggam. Jika berbuat dosa, maka jari-jemari perlahan-lahan akan menutup telapak tangan tersebut. Jika ia berbuat dosa lagi, maka jari lainnya akan menutup telapak tangan tadi. Akhirnya seluruh telapak tangan tadi tertutupi oleh jari-jemari.”

Penulis Al Jalalain rahimahumallah menafsirkan, “Hati mereka tertutupi oleh “ar raan” seperti karat karena maksiat yang mereka perbuat.”

Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebutkan perkataan Hudzaifah dalam fatawanya. Hudzaifah berkata, “Iman menyebabkan hati nampak putih bersih. Jika seorang hamba bertambah imannya, hatinya akan semakin putih. Jika anda membelah hati orang beriman,anda akan melihatnya putih bercahaya. Sedangkan kemunafikan membuat hati nampak hitam kelam. Jika seorang hamba bertambah kemunafikannya, hatinya pun akan semakin gelap. Jika anda membelah hati orang munafik, maka anda akan melihatnya hitam mencekam.”

Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan, “Jika dosa semakin bertambah, maka itu akan menutupi hati pemiliknya. Sebagaimana sebagian salaf mengatakan mengenai surat Al Muthoffifin ayat 14, “Yang dimaksud adalah dosa yang menimbun di atas dosa yang sedia ada.”

Inilah di antara kesan bahaya maksiat bagi hati. Setiap maksiat menyebabkan hati tertutup titik hitam dan lama kelamaan hati tersebut jadi tertutup. Jika hati itu tertutup, apakah mampu ia menerima seberkas cahaya kebenaran? Sungguh tidak mungkin!. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Jika hati sudah semakin gelap, maka amat sukar untuk mengenal petunjuk kebenaran.”

Oleh itu, perbanyakkanlah taubat dan istighfar, moga-moga ianya akan menghilangkan gelapnya hati dan akan mengembalikan hati semakin bercahaya sehingga mudah menerima petunjuk atau kebenaran.

Ya Allah, tunjukkanlah hati kami ini agar selalu taat pada-Mu dan berusaha menjauhi setiap maksiat yang benar-benar telah Engkau larang, apalagi dosa syirik dan kekufuran. Amin Yaa Mujibbas Saailin.

No comments:

Post a Comment